
Agen Bola – Penjualan Tiket Final Suzuki AFF Cup 2016 yang di jual secara OFFLINE itu lagi – lagi mengalami masalah. Tiket untuk melihat pertandingan Timnas Indonesia VS Timnas Thailand ini dijual di GBK markas militer.
Penggiat suporter, Arista Budiyono, mengatakan jika membandingkan dengan kondisi sistem antrean yang ada di Gelora Bung Karno beberapa waktu lalu, dengan penjualan tiket offline yang digelar di Komando Garnisun Tetap I, Gambir, GBK masih tetap lebih baik.
Alasan PSSI menggadakan penjualan tiket di sana adalah agar mengantisipasi adanya calo dan distribusi tiket lebih merata ke masyarakat.
Tanggapan Penggiat Suporter Arista Tentang Penjualan Tiket Final Suzuki AFF Cup 2016

“Sebenarnya sih panpel seperti tidak siap. Di GBK kan ada jalurnya, kalau di sini tidak ada. Saya dari semalam pantau kalau sudah ada antrean di depan gerbang Markostrad tetapi mereka seperti tidak prepare,” kata kata Arista dalam perbincangan dengan detikSport, Selasa (13/12/2016).
“Minimal ada tali rapiah kek atau apa. Tapi semakin pagi, mereka yang sudah antre tidak mendapatkan antrean yang seharusnya. Akhirnya seperti itu, ‘gue datang dulu, ya gue harus dapat dulu’. Karena pemikiran seperti itu yang membuat chaos.”
“Kecuali ada pembatas atau pagar seperti di GBK. Misalnya baru datang, ya berarti harus di belakang kita. Jadi saya lebih berpikir, (mereka) tidak siap sih. Bagus tapi secara teknis di lapangannya tidak siap. Kesiapannya paling hanya 50-70 persen. Jika dibandingkan dengan tadi pagi, menurut saya sistem antreannya lebih baik di GBK.”
Cerita Arista Tentang Kericuhan Yang Terjadi Saat Penjualan Tiket

“Menurut informasi teman-teman (penggiat suporter) sejak pukul 06.00 lewat, suporter yang di luar diminta masuk ke halaman markostrad tapi akhirnya ricuh karena tidak sesuai dengan antrean. Saya tiba di lokasi pukul 06.30 WIB dan memang sudah ada sekitar 2 ribuan orang di dalam halaman.”
“Sementara konsep antrean di Markostrad untuk menuju loket itu 60 orang pertama masuk Garnisun dan 60 orang selanjutnya ada yang nyelonong hingga akhirnya ricuh, dan satu lagi antrean itu tidak memanjang tetapi melebar, yang bisa membuat di pinggir bisa ke tengah.”
“Sebenarnya kalau koordinasinya jelas buat online saja. Seperti PT KAI saat lebaran mereka tidak chaos. Antre tiket online dsb. Kalau online susah, tapi online lebih aman dan lebih baik daripada offline. Kalau offline kan penyelewenangan bisa terjadi. Paling kapasitasnya saja yang ditingkatkan. Online lebih baik lah,” simpulnya.
Arista pun berharap ke depannya sistem penjualan tiket bisa disiapkan lebih baik.
Leave a Reply